Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena untuk tahun ini sebanyak 59 siswa kelas XII telah lolos seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur prstasi (SNBP). Selain itu sebanyak 4 siswa juga lolos jalur SPAN-PTKIN.

Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena untuk tahun ini sebanyak 59 siswa kelas XII telah lolos seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur prstasi (SNBP). Selain itu sebanyak 4 siswa juga lolos jalur SPAN-PTKIN.
Berikut ini disampaikan nama-nama yang telah diterima di SMA Assa’adah Bungah untuk Jalur Eksklusif dan Gelombang 1. Bagi nama-nama yang tercantum harap segera melakukan daftar ulang (Her-registrasi). terimakasih. Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Bapak. Moh. Sabab Nasrulloh, S.Sos., M.Sosio. (Ketua PPDB).
https://drive.google.com/file/d/1guuH3D7-xycx5loO4yZ-9Vs2wepyx-ZW/view?usp=share_link
Gresik – Sebagai satu langkah inovasi dalam menggali bakat dan minat siswa-siswi pada jenjang SMP/MTs maka pada hari Minggu lalu (19/3/2023) SMA Assa’adah telah sukses menggelar sebuah event skala besar yang diberi nama SMADAH FEST #1 Tahun 2023. Event SMADAH FEST ini merupakan sebuah ajang kompetisi yang terdiri dari berbagai cabang lomba. Setidaknya terdapat 9 bidang cabang lomba yang digelar, yakni lomba Speech Contest, Pidato Bahasa Arab, Baca Puisi, Animasi Scretch, Kaligrafi, Fashion Show Daur Ulang, Catur, Mini Vlog, dan Olimpiade Rangking-1. Pada tahun 2023 ini sendiri merupakan tahun pertama dari digerlarnya ajang ini dengan mengusung bidang lomba olahraga, sains, bahasa, agama, dan seni
Menurut Kepala Sekolah, Ibu Hj. Mushlihah, M.Si mengatakan dalam sambutannya bahwa tujuan awal diselenggarakannya SMADAH FEST #1 ini sebagai sarana silaturahmi antar lembaga sekolah dan juga meningkatkan kompetensi para siswa. Dalam acara pembukaan tersebut juga dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Gresik, yakni Ibu Dra. Hj. Aminatun Habibah, M.Pd. yang juga turut memberikan sambutan awal dan membuka acara gelar festival ini. Beliau menuturkan bahwa meskipun banyak sekolah berada di desa namun jangan mau kalah dan teruslah bersaing untuk hal-hal positif, terutama untuk prestasi belajar, ujarnya.
Dalam pembukaan SMADAH FEST #1 juga diisi dengan tampilan siswa-siswi SMA Assa’adah. Mulai dari hadrah, Tari Wonderland, Traian kreasi Profil Pelajar Pancasila. Bahkan di siang hari juga ditampilkan berbagai sajian menarik, seperti kreasi Paskibraka, Pramuka, atraksi Pencak Silat Pagar Nusa, drama komedi berjudul Malinkundang, serta sajian Tarian Kipas dari anak-anak, dll.
Acara SMADAH FEST #1 tahun 2023 ini sendiri menurut data dari panitia diikuti oleh 35 lembaga sekolah jenjang SMP/MTs yang berasal dari wilayah Gerbang Kertosusilo. Masing-masing sekolah hanya diperbolehkan mengirimkan sebanyak 2 siswa atau 2 tim (jika lomba beregu/tim) saja. Dengan kebijakan demikian maka diharapkan akan terwujud sebuah kompetisi yang berlangsung secara seimbang dan sportif.
Eko Jarwanto selaku ketua panitia penyelenggara mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya acara tersebut. Ia menyampaikan bahwa setidaknya terdapat belasan sponsor yang mendukung acara SMADAH FEST #1 tahun 2023. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada segenap peserta lomba dari perwakilan SMP/MTs se-Gerbang Kertosusilo yang telah ikut berpartisipasi dalam ajang tersebut. Baginya, semua peserta adalah pemenang karena mereka adalah siswa-siswi pilihan dari sekolahnya masing-masing, ujarnya.
Sekedar untuk diketahui maka berikut ini merupakan daftar para juara dari masing-masing lomba SMADAH FEST #1 tahun 2023.
Nama Siswa (Peserta Lomba) | Asal Sekolah (SMP/MTs) | Peringkat | Kategori |
M. FACKRURROZI ALFINSYAH | SMPN 2 Gresik | 1 | Animasi Scratch |
TRENGGINAS NURI WIJAYA | Mts Assa’adah I Bungah | 2 | Animasi Scratch |
ARYASATYA KHOMENI HADI | SMP Negeri 2 Gresik | 3 | Animasi Scratch |
AULIA TSABITA LUQMAN | MTS. IHYAUL ULUM CANGAAN | 1 | Baca Puisi |
DINISA OCTAVIA | MTs MANBAUL ULUM MOJOPUROGEDE | 2 | Baca Puisi |
NAYLA ROBIAH AL ADAWIYYAH KAAMILIYYA | MTs Assa’adah 2 | 3 | Baca Puisi |
PRANANDA AHYAN YUNANSYAH | smp muhammadiyah 12 | 1 | Catur Putra |
IKRAM AL HAJJ | SMP MAARIF NU AL FATTAH | 2 | Catur Putra |
IBNU ATHOILLAH | MTs AL MUKARROMIN | 3 | Catur Putra |
NIKMATUS SA’ADAH | MTs N 2 LAMONGAN | 1 | Catur Putri |
HAURA SAHDA SAHIH CHOIRI | SMPN 1 GRESIK | 2 | Catur Putri |
AULIA RAMADHANI | MTsN 2 Lamongan | 3 | Catur Putri |
ABBELIZAH DWI RAMADHANI | SMP Islamic Qon | 1 | Fashion Show “Daur Ulang” |
NADIYAH MUFIDAH ODELIA | SMP Islamic Qon | Fashion Show “Daur Ulang” | |
PARTIMURA SEKAR ARUM | SMP Islamic Qon | 2 | Fashion Show “Daur Ulang” |
AURELLIA PUTRIFAT AZZAHRAH | SMP Islamic Qon | Fashion Show “Daur Ulang” | |
PRADITA DWI WULAN PRATAMA | SMP Islam Nurul Hidayah | 3 | Fashion Show “Daur Ulang” |
VIKA NAJWA SAFIRA | SMP Islam Nurul Hidayah | Fashion Show “Daur Ulang” | |
AHMAD FUTUH ZUKHAILI | MTs. Al Asyhar | 1 | Kaligrafi |
NADIA NUR MAWADDAH | MTs Mamba’ul ulum Bedanten | 2 | Kaligrafi |
AHMAD DLIYA’ IBRAHIM HASAN | SMP BP ASSA’ADAH | 3 | Kaligrafi |
DONATA FARAH NABILA | UPT SMP NEGERI 10 GRESIK | 1 | Mini Vlog |
MUHAMMAD RADITYA FATAHILLAH | Mts Assa’adah I Bungah | 2 | Mini Vlog |
M.FAHRI UBAIDILLAH | Mts Assa’adah I Bungah | 3 | Mini Vlog |
ANGELINA MIRZA FELISA | SMP NU KARANGREJO MANYAR | 1 | Olimpiade “Rangking 1” |
AHMAD AMIQ ILMAN ABU NAF’AN | SMP Walisongo | 2 | Olimpiade “Rangking 1” |
MAHANI NAILIL IZZAH | MTs Assa’adah 2 | 3 | Olimpiade “Rangking 1” |
CAHYA MAULIDATUL ISLAMI | MTs Assa’adah 2 | 1 | Pidato Bahasa Arab |
KANZA KHODIJAH | MTs Assa’adah 2 | 2 | Pidato Bahasa Arab |
HURRATUN NIKMA AULA FITRIANA | SMP MODERN AL MIFTAH | 3 | Pidato Bahasa Arab |
KAYLA AFSHOKHIN NABILA | MTs Assa’adah 2 | 1 | Speech Contest (Bahasa Inggris) |
RAIRA KIRANA | MTS NURUL HUDA GROGOL | 2 | Speech Contest (Bahasa Inggris) |
MUHAMMAD FARCHAN ALFAKHRI | SMP MODERN AL MIFTAH | 3 | Speech Contest (Bahasa Inggris) |
Pondok Pesantren Qomaruddin adalah salah satu lembaga pondok pesantren tertua yang ada di Pulau Jawa. Pondok Pesantren Qomaruddin terletak di Dusun Sampurnan, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Lokasi Pondok Pesantren Qomaruddin berjarak sekitar 20 km dari Kota Gresik ke arah utara. Kecamatan Bungah sendiri merupakan daerah konsentrasi pondok pesantren dan juga pendidikan umum di wilayah Gresik bagian utara. Dengan menempati lokasi demikian maka Pondok Pesantren Qomaruddin menjadi salah bagian baromater dari simbol Gresik sebagai Kota Santri. Berdirinya Pondok Pesantren Qomaruddin dapat dianggap sebagai proses dari kelanjutan misi penyiaran agama Islam yang ada di wilayah pantura. Terlebih, lembaga Pesantren Qomaruddin masih tetap menunjukkan eksistensinya sampai sekarang ini dan sudah berusia lebih dari 2,5 abad. Pondok Pesantren Qomaruddin telah memantapkan diri sebagai penerus tongkat estafet dari Pesantren Giri (Giri Kedhaton) dalam hal mengemban misi dakwah suci agama dan sosial budaya serta dalam upaya pemberdayaan dan pemajuan masyarakat Gresik.
Sebagai sebuah lembaga pesantren yang telah melembaga secara resmi berbentuk Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ), tentunya memiliki visi dan misi yang dicanangkan sebagai pandangan pengembangan lembaga. Visi Pondok Pesantren Qomaruddin yakni “Pusat Pembentukan Generasi Ulul Albab yang Berwawasan Pesantren, Berakhlaqul Karimah dan Peduli Terhadap Pemberdayaan Masyarakat”, sedangkan misinya tercermin dalam enam hal pokok, yakni: 1). Mengantarkan para santri memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, dan keluhuran akhlaq, 2). Mendorong para santri agar memiliki keahlian dalam bidang pemikiran keagamaan dan kemasyarakatan (adab al-diin wa al-dunya), 3). Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan kesenian yang Islami melalui pengkajian dan penelitian ilmiyah, 4). Memberikan keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-nilai Islam ahl al-sunnah wa al-jamaah dan budaya luhur bangsa Indonesia, 5). Mendidik berpikir dan bersikap mandiri, kritis, dan terampil, peduli terhadap lingkungan sosial dan lingkungan alam serta berpikir global, dan 6). Memberikan pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat.
Sejalan hal tersebut maka dalam rangka menuju pencapaian visi dan misi YPPQ, ditetapkan langkah-langkah strategis utama sebagai berikut : 1). Pemantapan kemampuan kelembagaan (yayasan, sekolah / madrasah dan asrama), 2). Peningkatan kualitas sumber daya pendidikan (pengurus yayasan, kepala sekolah / madrasah, tenaga administasi, dewan guru, orang tua santri / murid sebagai satu kesatuan), 3). Pengembangan kurikulum sebagai struktur keilmuan pesantren, 4). Pengembangan lingkungan pendidikan, pemantapan dan internalisasi nilai-nilai pesantren bagi seluruh warga YPPQ, 5). Peningkatan sarana dan prasarana, 6). Pengingkatan indikator evaluasi keberhasilan (quality control), 7). Pengembangan kemitraaan saling menguntungkan, dan 8). serta pengembangan sumber dana.
Melihat jauh kebelakang maka latar belakang sejarah berdirinya lembaga pondok pesantren Qomaruddin tidak lepas dari keberadaan salah satu tokoh penting, yakni Kyai Qomaruddin yang hidup pada abad ke-18. Pondok Pesantren Qomaruddin saat itu didirikan oleh beliau pada tahun 1747. Awalnya, nama yang disematkan ketika didirikan adalah “Pesantren Sampurnan” namun dalam perkembangannya, sekitar tahun 1960-an dilakukanlah musyawarah untuk kebijakan perubahan nama pesantren menjadi “Pesantren Qomaruddin”. Hal ini senagaj dilakukan untuk menghormati tokoh pendiri pesantren. Dalam usianya yang telah mencapai dua abad lebih, secara berturut-turut Pondok Pesantren Qomaruddin dipimpin oleh dzurriyat (keturunan) Kyai Qomaruddin yang dipilih melalui musyawarah keluarga. Dalam tradisi pesantren Qomaruddin pergantian kepemimpinan (pemangku) dilakukan pada saat pemangku sebelumnya pulang ke rahmatullah (meninggal dunia). Sebelum dilakukan shalat janazah dan pemakaman, para sesepuh pesantren yang terdiri atas dzurriyat Kyai Qomaruddin bermusyawarah untuk menentukan pemangku berikutnya. Di antara kriteria utama yang menjadi pertimbangan adalah; (1) hubungan kekerabatan, (2) kemampuan membaca kitab, (3) penguasaan terhadap ilmu agama, (4) pengabdian di pesantren, dan (5) dikenal oleh masyarakat luas.
Berikut ini adalah daftar para pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin sepanjang perjalanannya sejak didirikan sampai sekarang yang telah dipimpin oleh sepuluh tokoh pemangku, yakni:
Selama berjalannya waktu tentunya tidak mudah untuk menjaga eksistensi dan melakukan pengembangan serta adaptasi di tengah arus modernisasi dan globalisasi bagi sebuah pesantren. Para pemangku pesantren pada setiap masa kepemimpinannya telah berjuang dengan keras dalam untuk membangun kemajuan Pondok Pesantren Qomaruddin agar terus semakin diterima di tengah masyarakat luas dan berperan aktif di lingkungan sekitar. Selain itu, hubungan dengan struktur pemerintahan juga terus dijalin untuk mewujudkan sikap dukungan lembaga keagamaan pesantren kepada para pemimpin di dalam pemerintahan.
Pondok Pesantren Qomaruddin kini telah berusia lebih dari dua abad. Sepanjang perjalananya tersebut tentunya sudah banyak peran sentral dan sumbangsih berharga yang diberikan kepada masyarakat maupun pemerintahan. Dalam hal kaitannya dengan hubungan dengan masyarakat, keberaan Pondok Pesantren Qomaruddin menjadi salah satu sumber pengembangan ilmu agama Islam dan juga tempat menempuh pendidikan keagamaan yang sudah teruji selama ratusan tahun. Melalui lembaga keagamaan pondok pesantren beserta unit-unit pendidikan formal dan non-formal yang telah dibentuk selama puluhan tahun ini maka kini Pondok Pesantren Qomaruddin telah menjelma sebagai sebuah lembaga berbasis keagamaan yang terus memancarkan sinar manfaatnya.
Secara umum dapat dilihat peran sentral Pondok Pesantren Qomaruddin dari segi hubungannya dengan masyarakat dan pemerintahan melalui bidang-bidang agama, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, hingga politik pemerintahan. Pada bidang agama secara jelas menunjukkan peran Pondok Pesantren Qomaruddin saat ini yang telah melahirkan banyak ulama, kyai, dan juga para santri. Pesantren Qomaruddin kini telah menjadi pusat pendidikan keagamaan yang ada di kawasan pantura. Bahkan, saat ini telah banyak santri yang mondok untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Qomaruddin dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
Pada bidang pendidikan juga dengan jelas menunjukkan bahwa Pesantren Qomaruddin telah berhasil mendirikan berbagai unit lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal. Berbagai unit pendidikan tersebut dibentuk untuk menampung para santri atau juga siswa-siswi yang ingin belajar di lingkungan pesantren. Saat ini di lingkungan pesantren telah berdiri lembaga pendidikan mulai jenjang KB-TK hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berbagai unit lembaga pendidikan formal dan non-formal yang telah didirikan, yakni Madrasah Diniyah Qomaruddin (Putra dan Putri), KB Muslimat NU 8 Assa’adah, TK Muslimat NU 3 Assa’adah, MI Maarif NU Assa’adah, MTs Assa’adah I (Putra), MTs Assa’adah II (Putri), SMP Assa’adah, MA Assa’adah, SMA Assa’adah, SMK Assa’adah, Universitas Qomaruddin (UQ), dan Lembaga Tahfidzul Qur’an. Melalui lembaga-lembaga pendidikan yang telah dibentuk tersebut jelas menjadi bukti nyata peran sentral dari Pondok Pesantren Qomaruddin di dalam masyarakat. Bahkan, telah banyak dari para alumni yang telah mengambil peran-peran penting pula di dalam pemerintahan dan masyarakat. Banyak para alumni yang menjadi dosen, tokoh masyarakat, ulama, guru, perangkat desa, serta pejabat di pemerintahan daerah.
Pada bidang sosial-budaya, peran Pondok Pesantren Qomaruddin menjadi pusat kebudayaan Islam di akwasan pantura saat ini. Telah banyak tradisi sosial-budaya yang awalnya berakar dari Pondok Pesantren Qomaruddin terus berkembang pada kalangan masyarakat luas, melalui para kerabat keluarga dan para santri yang telah menempuh jenjang pendidikannya di pesantren maupun para siswa yang menempuh pendidikan di sekolah atau unit-unit pendidikan yang ada. Dapat kita cermati berbagai tradisi soial-budaya keagamaan yang berkembang ini antara lain, yakni muludan cilik dan muludan gede, khidiran, haul, dzikir saman dan sebagainya telah menyebar ke berbagai daerah. Di bidang pengemangan ekonomi juga tidak terlepas dari dorongan perkembangan dari Pondok Pesantren Qomaruddin saat ini dimana melalui pengembangan berbagai sektor perekonomian telah mampu mencetak usahawan maupun gagasan pemikiran yang produktif bagi masyarakat. Di samping itu, lembaga Pondok Pesantren Qomaruddin juga telah mendirikan koperasi dan unit usaha ekonomi yang semakin terus berkembang kedepannya, baik secara mandiri maupun menjalin kerjasama pihak ketiga.
Pondok Pesantren Qomaruddin disisi lain juga terus membina hubungan yang harmonis dengan pihak pemerintahan mulai sejak dulu, khususnya dengan Pemerintahan Kabupaten Gresik. Jejak jalinan tersebut dapat kita lihat sejak awal mula berdirinya pesantren ini, yakni ketika tokoh Kyai Qomaruddin menjadi penasehat Adipati Gresik pada tahun 1747. Adipati Gresik saat itu, yakni Tumenggung Tirtorejo menaruh kepercayaan besar terhadap kebijaksanan Kyai Qomaruddin. Hubungan yang baik dan harmonis ini terus terbina sampai dengan periode-periode pemangku pesantren berikutnya. Telah cukup banyak anggota keluarga besar dan juga para alumni dari Pondok Pesantren Qomaruddin yang mendapatkan tempat dan dipercaya oleh masyarakat luas untuk mengemban amanah sebagai wakil-wakil mereka yang duduk di dalam pemerintahan, baik di tingkat daerah maupun tingkat pusat. Melalui peran, tugas dan tanggungjawab mereka di dalam lembaga pemerintahan tersebut maka aspirasi dan suara masyarakat terus digelorakan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa kyai sepuh dari Pondok Pesantren Qomaruddin dalam sejarahnya juga selalu dipercaya untuk mengemban amanah dalam bidang keagamaan dan sosial seiring dengan amanah yang diberikan saat itu. Hal ini dapat dilihat dari kiprah K.H. Mohammad Sholih Musthofa sebagai salah satu pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin yang pada saat itu juga dipercaya oleh pemerintah dalam berbagai posisi peran serta tanggungjawab. Beberapa amanah yang disematkan kepada beliau mulai sejak zaman pendudukan Jepang tahun 1942-1945 sampai dengan masa kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Beberapa amanah yang sempat beliau tunaikan selama mengabdi yakni sebagai wakil ketua BPKP hingga menjadi ketua lembaga BPKKP di Kecamatan Bungah tahun 1942-1945. K.H. Mohammad Sholih Musthofa juga dipercaya sebagai salah satu penasehat BKR (Badan Keamanan Rakyat) pada tahun 1945. Selanjutnya ketika memasuki masa Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, Mohammad Sholih Musthofa juga dipercaya menjadi anggota sementara sidang pengadilan agama darurat di Kecamatan Bungah. Beliau juga dipercaya dan diangkat oleh Bupati Surabaya untuk menjadi Kepala Pengadilan Agama Darurat untuk Kabupaten Surabaya tahun 1949.
Pada periode tahun 1950-1964 Mohammad Sholih Musthofa dipercaya untuk menjabat Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) untuk wilayah Kecamatan Bungah. Terakhir, pada tahun 1977 K.H. Mohammad Sholih Musthofa juga mendapatkan kepercayaan untuk menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Gresik sebagai hasil dari proses pemilihan umum pada saat itu. Wujud nyata berikutnya terkait dengan peran serta dari Pondok Pesantren Qomaruddin dapat dilihat ketika salah satu keluarga besanya, yakni Neng Min/Bu Min atau dengan nama lengkap Dra. Hj. Aminatun Habibah, M.Pd. dipercaya masyarakat Gresik untuk menjadi Wakil Bupati Gresik, mendampingi Bupati Gresik Gus Yani (Fandhi Ahmad Yani, SE) sejak tahun 2021 melalui proses pemilihan umum yang demokratis. Bu Min sendiri adalah putri pertama dari pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin yang kedelapan, yakni K.H. Ahmad Muhammad Al-Hammad atau yang lebih dikenal masyarakat luas dengan “Romo Yai Mad”.
Kunci sukses Pesantren Qomaruddin dapat hidup dan terus terjalin ikatan yang lama karena adanya jaringan keilmuan dan kekerabatan yang selalu terbina dengan baik. Jalinan keilmuan dan kekerabatan ini sudah dimulai sejak masa Kyai Qomaruddin masih hidup dan selanjutnya dilestarikan oleh para penerusnya. Tetap terjaganya jalinan keilmuan dan kekerabatan ini tidak hanya membawa dampak positif bagi terwujudnya tali silaturahmi, namun juga mempertahankan nilai-nilai ajaran serta nilai sosial-budaya yang lahir dari Pondok Pesantren Qomaruddin. Tidak dapat dipungkiri bahwa telah banyak pondok pesantren yang sekiranya sulit untuk menjaga eksistensinya dalam waktu yang lama. Tidak jarang pula berbagai pondok pesantren tersebut didera berbagai masalah sehingga membuat keberadaan lembaga pesantren tersebut menurun di mata masyarakat. Berpijak dari hal tersebut, tentunya dapat terlihat menjadi berbeda apa yang terjadi di Pondok Pesantren Qomaruddin, dimana justru lembaga pendidikan keagamaan ini mampu bertahan dan terus berkembang semakin maju selama lebih dari dua abad. Salah satu kunci utama lainnya dalam menjaga kelestarian dan eksistensi Pondok pesantren Qomaruddin adalah adanya jalinan ukhuwah dan silaturahmi. Ukhuwah tidak hanya sekedar diucapkan saja namun sudah menjadi tradisi warisan para leluhur yang mengikat hubungan kekerabatan antara sesama santri, antara santri dengan pesantren, serta antara sesama dzurriyat keluarga bani Qomaruddin itu sendiri. Melalui ukhuwah antar komponen inilah maka ajaran dan keilmuan pesantren masih terjaga dengan baik. Selain itu, adanya ukhuwah yang baik juga mampu menjadi alat persebaran tradisi-tradisi sosial budaya yang berpusat pada lembaga Pondok Pesantren Qomaruddin untuk kemudian disebarluaskan ke berbagai lapisan masyarakat luas, khususnya melalui para santri-santrinya.
Kini, seiring perkembangan zaman maka demi kemajun lembaga pesantren dibentuklah Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ). Inisiatif pembentukan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin atau disingkat YPPQ merupakan pengembangan lebih lanjut dari keberadaan Pondok Pesantren Qomaruddin. Hal ini sengaja dilakukan agar terbentuk suatu lembaga formal yang berbadan hukum resmi dan juga mendapatkan pengakuan legalitas dari pemerintah secara umum maupun pengakuan dimata hukum tentunya. Melalui pembentukan YPPQ maka langkah startegis pengembangan segi pendidikan keagamaan dan juga pendidikan umum di lingkungan Pondok Pesantren Qomaruddin semakin cepat terwujud dalam waktu yang singkat saat itu. Seperti diketahui, bahwa pembentukan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin ini dilaksanakan pada tahun 1972, sesuai dengan Akte Notaris Goesti Johan Nomor 30.
Seiring dengan pembentukan YPPQ tersebut maka dibentuk pula struktur kepengurusan dari yayasan agar lebih mudah dalam merancang strategi pembangunan. Hal ini jelas terlihat dari progres perkembangan pembangunan yang pesat setelah dilaksanakannya pembentukan yayasan dan dikukuhkannya struktur kepengurusan yayasan yang baru. Akta pendirian yayasan pada tahap berikutnya mengalami pembaharuan pada tahun 1987 melalui notaris Abdul Kohar nomor 117. Pada akte notaris tersebut tercatat bahwa yayasan ini (YPPQ) berasaskan Pancasila, beraqidah Islam menurut faham Ahlussunah wal-jamaah dan mengikuti salah satu mahzhab Hanafi, Malaiki, Syafi’i, dan Hambali. YPPQ ini didirkan dengan tujuan untuk membantu pelaksanaan program pemerintah, meningkatkan dakwah Islamiyah, menyelenggarakan pendidikan, serta usaha-usaha sosial lainnya untuk membangun agama, nusa, dan bangsa.
Struktur kepengurusan di Yayasan Pondok pesantren Qomaruddin sendiri terdiri atas dewan pembina, dewan pengawas, pengurus harian yayasan, pimpinan unit pendidikan, dan juga pengurus pondok putra dan putri. Di samping itu terdapat pula sejumlah guru atau ustadz/ustadzah yang mengajar di madrasah, sekolah, dan juga diniyah. Melalui kepengurusan YPPQ ini kemudian terbentuklah unit-unit pendidikan berikutnya dimana unit-unit pendidikan tersebut bersifat umum, seperti SMP, SMA, dan SMK yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Unit-unit pendidikan tersebut tentunya masih berbasiskan pesantren. Lembaga YPPQ tersebutlah yang diberikan tugas dan amanah sepenuhnya untuk mengelola perkembangan unit-unit pendidikan yang dibangun secara keseluruhan di lingkungan Pondok Pesantren Qomaruddin. Sebagai salah satu tokoh yang dipercaya dan diamanahi untuk menjadi ketua yayasan yang pertama saat itu adalah K.H. Ahmad Maimun Adnan.
Seiring dengan pembentukan yayasan (YPPQ) maka dibangun pula saran-prasarana yang semakin baik di lingkungan Pondok Pesantren Qomaruddin untuk pendidikan formal dan non-formal. Hingga kini, Pondok Pesantren Qomaruddin telah memiliki beberapa kompleks bangunan/gedung sebagai sarana pembelajaran bagi santri/siswa. Secara umum dapat digambarkan bahwa pengembangan pembangunan saat ini terbagi menjadi dua kompleks, yakni kompleks selatan dan kompleks utara. Kompleks selatan meliputi gedung/bangunan dan sarana pondok pesantren, musholla, unit pendidikan TK-KB, MTs Assaadah II, MI Assaadah, SMP Assaadah, MTs Assaadah I, MA Assaadah, dan SMA Assaadah. Kemudian untuk kompleks utara meliputi unit SMK Assaadah dan Universitas Qomaruddin dan bangunan masjid yang masih dalam proses pembangunan. Seiring dengan peningkatan sarana fasiltas juga menignkat pula jumlah santri yang belajar dan mondok di Pondok Pesantren Qomaruddin. Total lebih dari 5.000 ribu santri saat ini yang belajar tersebar di naungan YPPQ, baik di unit-unit pendidikan formal maupun non-formal.
GRESIK – Menjadi guru atau tenaga pendidik tidak hanya berkutat dengan kegiatan belajar mengajar, tetapi juga dituntut kreatif berkarya dan punya inovasi. Kreativitas menulis itulah yang membawa Eko Jarwanto M.pd sebagai penerima penghargaan berkat karyanya yang berjudul ‘Sidajoe’.
Eko yang merupakan guru SMA di Gresik itu mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa tahun lalu. Meski mendapat penghargaan tahun lalu, namun karya dan kreativitasnya sebagai guru pantas menjadi contoh, di momen peringatan Hari Guru Nasional, 25 November 2022 ini.
Eko adalah pendatang karena ia asli Nganjuk. Namun kecintaannya pada literasi sejarah membuatnya produktif berkarya dalam bentuk buku. Ia menyabet penghargaan 10 besar kategori penulis buku non fiksi, guru dan tenaga kependidikan Creative Camp (GCC) Tingkat Provinsi Jawa Timur 2021.
Ada sembilan buku yang dihasilkan oleh Eko Jarwanto yang membahas tentang Gresik. Meski pendatang, ia memiliki minat pada literasi Gresik yang memiliki langgam peradaban islam.
Karya buku yang dihasilkan Eko di antaranya ‘Gresik Punya Sejarah’, ‘Gresik’, ‘Mengenal Kisik’, ‘Merajut Sejarah’, ‘Sidajoe’, ‘Nganjuk’, Graphic Organizer. Untuk buku berjudul ‘Jortan dan Qomarudin’ akan rilis pada Desember 2022.
Eko mengaku sejak 2013 baru tiba di Gresik. Sebagai guru, ia tertarik menggali literasi sejarah dan budaya Gresik. Menurutnya peradaban Islam di pesisir Gresik sangat menarik, dan masih ada sampai sekarang. Belum lagi kearifan lokal keislaman Gresik yang masih bertahan, bahkan juga masih terjaga dengan baik di desa-desa.
“Pada tahun 2016, semua pengamatan saya tulis menjadi buku. Setiap tahun membuat satu buku, saat pandemi pun menulis buku tentang Sidajoe (Sidayu) selama dua tahun yaitu tentang Kadipaten Sidajoe hingga berakhir. Tahun kemarin buku Sidajoe mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Timur,” kata Eko.
Pria yang tinggal di Bungah ini mengaku senang dapat membantu melestarikan literasi dengan mengajarkan ke anak-anak. Pendidikan ke anak-anak dengan budaya sekitar mengajar di kelas 11 dan 12
SMA Assa’adah Bungah Gresik.
“Literasi dengan menuangkan lewat tulisan tanpa membayangkan sekitar yang jauh, rasanya sulit. Padahal di sekitar kita menarik. Ini yang lupa untuk ditulis,” terangnya.
Catatan penting bagi siswa kelas 12
Setelah berakhir masa pendaftaran PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) Jalur Eksklusif dan Gelombang 1, maka jangan khawatir kini SMA Assa’adah Bungah membuka PPDB jalur Gelombang 2, mulai tanggal 1 April 2023 s/d 15 Juli 2023. Yuks…! bagi kalian yang belum bergabung bersama kami, bisa segera mendaftar secepatnya. Dapatkan keistimewaannya……!
Pada tanggal 28 Maret 2022 Pemerintah Kabupaten Gresik telah meluncurkan program kurikulum sejarah lokal sebagai bagian dalam menjaga kearifan lokal dan budaya bertempat di Ruang Mandala Bhakti Praja lantai IV Kantor Bupati Gresik. Bupati Gresik, H. Fandi Akhmad Yani, SE. mengatakan bahwa peluncuran program kurikulum baru tersebut dirangkai dengan beberapa program kurikulum pendidikan lainnya, seperti program kurikulum edukasi wisata, program tahfidz belajar, dan CSR pada bidang pendidikan. Pelaksanaan launching empat kurikulum itu dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Gresik Achmad Washil Miftahul Rachman, Asisten III Administrasi Umum Abu Hassan, Perwakilan HIPMI, Ketua Gapensi, Perwakilan APINDO, Perwakilan PHRI, Ketum Gresik Heritage dan Kepala Sekolah se Kabupaten Gresik.
Empat kurikulum baru yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Gresik merupakan gagasan dan inovasi untuk membuat generasi muda mampu menjaga kearifan lokal dan budaya Islami di Kabupaten Gresik. Selain itu, juga dalam rangka menyiapkan generasi muda khususnya di wilayah Kabupaten Gresik yang kini hidup di era digitalisasi. Bupati Gresik, yakni H. Fandi Akhmad Yani, SE. mengatakan bahwa dari belajar sejarah lokal maka generasi muda bisa belajar tentang kejayaan masa lampau dan dari peristiwa sejarah pula generasi muda bisa melihat kehancuran di masa lampau.
Seperti diketahui, bahwa Kabupaten Gresik merupakan Kota Tua dengan budaya dan toleransi beragama yang sudah ditunjukkan beberapa abad lalu. Adanya kurikulum sejarah lokal Gresik jelas sangat penting untuk menjaga budaya dan melestarikan kearifan lokal sejarah yang ada di Gresik yang belum tentu dimiliki daerah lain yang ada di Indonesia. Dengan adanya kurikulum baru maka diharapkan anak didik lebih progresif dan siap menghadapi tantangan di masa kini dengan melihat situasi di masa datang serta mampu mengikuti perkembangan zaman dimana kini telah terjadi suatu transformasi digital akselerasinya yang luar biasa.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, yakni Bapak S. Hariyanto saat itu mengatakan bahwa setelah melakukan pemetaan maka Dinas pendidikan juga telah menindaklanjuti problem sarana prasarana pendidikan yang terjadi di sekolah dimana salah satunya dengan meluncurkan program kurikulum baru. Pengembangan kurikulum merupakan hal urgen mengingat bahwa meskipun`merupakan hal yang sederhana namun turut menentukan masa depan generasi muda Gresik. Untuk itulah maka Dinas Pendidikan bertanggung jawab dan bisa menjadi motor untuk menggerakkan ini karena ini amanat Undang-Undang.
Sejarah lokal sendiri dalam perspektif dunia pendidikan memang perlu diajarkan kepada siswa. Gagasan tentang pengajaran sejarah lokal sangat penting untuk dikemukakan saat ini. Sejarawan Taufik Abdullah sendiri mendefinisikan sejarah lokal sebagai sejarah dari suatu tempat, suatu lokalitas yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah. Sejarah lokal bersifat elastis. Bisa bicara tentang suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis dan suku bangsa yang ada dalam suatu daerah atau kawasan. Lewat pengajaran sejarah lokal maka peserta didik diajak untuk mengenal peristiwa sejarah yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Materi sejarah lokal juga sangat luas. Eksplorasi materi sejarah lokal dapat bersumber dari peninggalan-peninggalan sejarah di daerah tersebut. Penulisannya berdasarkan tema-tema tertentu. Selain itu, materi sejarah lokal yang ditampilkan dapat dilihat dari dinamika lokal yang terjadi dalam konteks sejarah nasional dan dunia atau dinamika sejarah nasional dan dunia yang berdampak pada sejarah lokal. Salah satu sumber belajar yang kaya adalah peristiwa-peristiwa lokal yang terjadi di suatu daerah.
Gresik sebagai wilayah yang kaya akan peninggalan sejarah menjadi ladang sumber belajar bagi generasi muda. Banyak tinggalan-tingalan sejarah yang ada di Gresik dan hingga kini dapat disaksikan. Beberapa diantaranya adalah makam Fatimah binti Maimun di Leran Manyar, Benteng Lodewijk di Mengare Bungah, Kompleks makam Sunan Giri, kompleks makam Poesponegoro Gresik, Kawasan Kota Tua Gresik, Kompleks bekas Kadipaten Sidayu, ragam jejak peradaban Sungai Bengawan Solo (Nadhitira Pradesa), Jejak Pelabuhan Gresik, dan beberapa situs sejarah lainnya. Semuanya itu tentu sangat berpotensi sebagai bagian dari pembelajaran sejarah lokal siswa Gresik.
Pentingnya pembelajaran sejarah lokal juga seiring dengan konsep tujuan pembelajaran sejarah itu sendiri. Tujuan penerapan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah di sekolah adalah (1) bahan belajar akan lebih mudah diserap siswa, (2) sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, (3) siswa lebih mengenal kondisi lingkungan, (4) siswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya, (5) siswa dapat menolong diri dan orang tuanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, (6) siswa dapat menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya, dan (7) siswa menjadi akrab dengan lingkungannya.
Ada beberapa aspek positif dalam pembelajaran sejarah lokal, baik yang bersifat edukatif psikologis maupun yang bersifat kesejarahan sendiri. Pertama, mampu membawa peserta didik pada situasi ril di lingkungannya dan mampu menerobos batas antara dunia sekolah dan dunia nyata di sekitar sekolah. Dilihat secara sosio-psikologis bisa membawa peserta didik secara langsung mengenal dan menghayati lingkungan masyarakatnya, dimana mereka merupakan bagian di dalamnya. Kedua, pembelajaran sejarah lokal, akan lebih mudah membawa siswa pada usaha untuk mengenang pengalaman masa lampau masyarakatnya dengan melihat situasi masa kini, bahkan dapat memproyeksikan peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dalam pembelajaran sejarah lokal peserta didik akan mendapatkan banyak contoh dan pengalaman dari berbagai tingkat perkembangan lingkungan masyarakatnya, termasuk situasi masa kini. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah menangkap konsep perubahan yang menjadi kunci penghubung antara masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Jika dihubungkan dengan teori J. Bruner maupun dalam hubungan dengan konsep-konsep pendekatan proses, maka pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung prinsip pengembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir aktif, kreatif dan struktural konseptual. Hampir semua prinsip dalam rangka pembelajaran siswa aktif sangat relevan dengan kegiatan pembelajaran yang bermuatan sejarah lokal. Sesuai dengan sifat materi serta sumber sejarah lokal, maka peserta didik akan terdorong untuk menjadi lebih peka lingkungan, begitu juga mereka akan lebih terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti: mengobservasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, mengumpulkan dan menyeleksi sumber, mengadakan klasifikasi serta mengidentifikasi konsep, bahkan membuat generalisasi, kesemuanya itu mendorong bagi perkembangan proses belajar bersifat discovery inquiry.
Pengembangan pembelajaran sejarah yang bermuatan lokal perlu pula mencermati arah materi sejarah yang bersifat Indonesia sentris, arah gerak sejarah Bangsa Indonesia yang semula ditentukan oleh kaum elit/penguasa, Menuju ke gerak sejarah yang tidak hanya ditentukan oleh kaum penguasa, tetapi oleh rakyat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan pembelajaran sejarah yang demikian itu, peran guru sejarah benar-benar menentukan selain sebagai pelaksana kurikulum dan pengembang kurikulum sejarah, juga harus mampu melakukan pengkajian sejarah lokal di sekitar tempat tugasnya. Akhirnya, pembelajaran sejarah benar-benar bisa memberikan kearifan hidup bagi peserta didik.
Pembelajaran bermuatan sejarah lokal mengharapkan peserta didik maupun guru harus mampu berhubungan dengan sumber-sumber sejarah, baik yang tertulis maupun informasi lisan, baik berupa dokumen maupun benda-benda seperti: bangunan, alat-alat, peta dan sebagainya yang mula-mula harus dikumpulkan, kemudian dikritik serta diinterpretasikan sebelum bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran sejarah lokal. Untuk itu, guru sejarah perlu suatu persiapan khusus sebelum pembelajaran bermuatan sejarah lokal bisa dilaksanakan secara efektif. Kesulitan lain adalah memadukan tuntutan pembelajaran sejarah lokal dengan tuntutan penyelesaian target materi yang telah tertulis dalam kurikulum. Pada umumnya dalam kurikulum sudah ditentukan sejumlah materi dan pokok-pokok bahasan yang harus diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan dengan ketat. Dengan demikian guru akan mengalami dilema antara memenuhi tuntutan kurikulum dengan usaha pengembangan pembelajaran bermuatan sejarah lokal yang memerlukan waktu yang relatif banyak, baik untuk persiapan maupun untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas.
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti Douch mengemukakan tiga saran model dalam pembelajaran sejarah lokal.
Pembelajaran sejarah lokal di daerah, seperti di wilayah Gresik jelas pada gilirannya akan mampu mengantarkan siswa untuk mencintai daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan mewujudkan ketahanan daerah. Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu daerah yang ditunjukkan oleh kemampuan warganya untuk menata diri sesuai dengan konsep yang diyakini kebenarannya dengan jiwa yang tangguh, semangat yang tinggi, serta dengan cara memanfaatkan alam secara bijaksana. Pentingnya sejarah lokal diajarkan pada anak-anak karena sejarah adalah media untuk pembentukan karakter. Siswa sebagai manusia yang multi perspektif harus berangkat dari kelokalan untuk menguatkan identitas lalu tumbuh menjadi manusia yang berjiwa nasional. Lalu tahapan berikutnya menjadi manusia gobal.
Oleh: Eko Jarwanto
SMA Assaadah Bungah Gresik pada tahun ajaran 2021/2022 dipercaya sebagai salah satu lembaga perintis yang melaksanakan program Roots Indonesia. Tujuan umum program Roots adalah membangun interaksi positif di sekolah dengan memusatkan peran para pelajar di sekolah sebagai agen perubahan untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah, khususnya kepada teman sebaya. Program Roots ini diluncurkan seiring dengan pelaksanaan program yang lebih luas, yakni pelaksanaan program Sekolah Penggerak. Program Roots dikenal pula dengan nama lain, yakni program anti perundungan (bullying). Istilah perundungan sendiri memiliki banyak jenis. Jenis-jenis perundungan di dunia nyata misalnya perundungan verbal, seperti membentak, berteriak, memaki, bergosip, menghina, meledek, mencela, mempermalukan, dan sebagainya. Di sisi lain jenis perundungan fisik, seperti menampar, mendorong, mencubit, menjambak, menendang, meninju, dan lain sebagainya yang dapat melukai fisik.
Program Roots ini sebelumnya telah diimplementasikan di berbagai negara, salah satu di Amerika Serikat (di beberapa negara bagian). Setelah diimplementasikan selama satu tahun maka ditemukan perbedaan secara statistik antara lembaga sekolah yang berpartisipasi dalam program tersebut dan dengan lembaga yang tidak ikut berpartisipasi. Di sekolah yang berpartisipasi dalam Program Roots, rata-rata ditemukan pengurangan kasus konflik antarsiswa sebanyak 30%. Penanganan satu konflik dapat menghabiskan waktu setidaknya satu jam, sehingga pengurangan angka ini dapat disetarakan dengan menyimpan ratusan jam untuk penanganan konflik. Program ini menunjukkan bahwa kita tidak perlu menggunakan sanksi untuk mengurangi perundungan (bullying). Kita dapat menargetkan siswa tertentu untuk menyebarkan pesan anti perundungan. Potensi mereka yang dapat menyebarkan perilaku positif dapat menunjukkan kepada siswa lain apa yang sesuai dengan nila-nilai masyarakat dan seharusnya terjadi di sekolah. Selain itu, akan ada banyak cara yang datang dari diri mereka sendiri untuk memberikan inspirasi dan membuat perubahan positif. Selain dapat dilakukan secara sederhana, program Roots Indonesia ini juga dipandang murah secara pendanaan dan dapat diadaptasi pada beragam konteks.
Program pencegahan dari tindakan perundungan berbasis sekolah telah dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017 bersama dengan Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi pendidikan dan perlindungan anak. Program Roots merupakan model intervensi berdasarkan bukti ilmiah yang telah dikembangkan untuk mencegah perundungan di lingkungan sekolah dengan melibatkan siswa sebagai agen perubahan untuk membantu menciptakan iklim yang positif di sekolah. Roots juga mengadopsi dan mengkombinasikan komponen pengetahuan dan keterampilan guru untuk mampu menerapkan praktik disiplin positif yang telah dikembangkan oleh UNICEF di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pemerintah Indonesia sendiri juga telah menetapkan berbagai upaya “Perlindungan Anak” sebagai skala prioritas kebijakan tingkat nasional. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Pencegahan kekerasan (termasuk perundungan/bullying) di dalamnya merupakan bagian dari upaya perlindungan anak yang dicanangkan sebagai salah satu program prioritas nasional, sebagaimana tercantum pada RPJMN 2020-2024 serta Permendikbud 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Pencegahan perundungan melalui program Roots juga menjadi salah satu nilai yang didorong dalam upaya penguatan karakter siswa didik dan menciptakan iklim yang aman dan nyaman untuk anak belajar.
Perundungan atau bullying saat ini memang merupakan isu global yang menjadi masalah penting di Indonesia dan dunia. Menurut Global School Health Survey (2015), sekitar 21% anak usia 13-15 tahun atau setara dengan 18 juta anak di Indonesia pernah mengalami tindakan perundungan dalam 1 bulan terakhir. Sebagian besar siswa berusia 15 tahun (41%) menyebutkan telah mengalami perundungan lebih dari beberapa kali dalam sebulan terakhir. Jumlah ini lebih tinggi dari jumlah rata-rata pada negara tergabung dalam Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi (The Organisation for Economic Co-operation and Development), yaitu 22.7%. Sebanyak 25% anak berusia 13-15 tahun menyatakan terlibat dalam kontak fisik, dimana secara signifikan lebih tinggi pada laki-laki, yaitu 36% dan anak perempuan sebanyak 13%. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima setidaknya 37.381 laporan perundungan dalam kurun waktu 2011 hingga 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.473 kasus disinyalir terjadi di dunia pendidikan.
Maraknya tindakan perilaku perundungan tersebut jelas menjadi persoalan sendiri di dalam masyarakat untuk segera dapat dipecahkan secara bersama-sama. Berbagai data dan bukti menunjukkan bahwa pencegahan perundungan dapat bekerja secara efektif jika dilakukan di tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Pedoman WHO tahun 2020 terkait pencegahan kekerasan di sekolah menekankan pentingnya pendekatan seluruh komponen sekolah (whole school approach) dalam pencegahan perundungan, dengan melibatkan siswa, guru dan tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat. Mereka semua adalah sistem pendukung untuk mencegah perundungan di sekolah. Adanya program Roots Indonesia ini sengaja dimasukkan ke dalam kegiatan sekolah, di mana siswa, guru, dan pegawai sekolah akan mendesain rangkaian kegiatan Roots di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal yang diikuti dengan internalisasi desain kegiatan tersebut di sekolah. Untuk wilayah Jawa, program Roots dilakukan di enam provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
SMA Assaadah Bungah sebagai salah satu lembaga yang dipercaya dalam pelaksanaan program Roots jelas menyambut dengan antusias dan melaksanakan program tersebut dengan penuh tanggung jawab. Dalam praktiknya, sekolah menetapkan sebanyak 40 siswa sebagai agen perubahan berdasarkan hasil polling pilihan siswa sendiri. Pada tahap awal dari program Roots adalah melakukan survei terhadap para peserta didik dan juga guru seputar perundungan di lingkungan sekolahnya. Mereka diberikan pertanyaan-pertanyaan simpel mengenai perundungan seperti pernahkan melakukan perundungan, pernahkah menjadi korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan sebagainya. Adapun survei dilakukan secara anonim agar identitas responden tetap terjaga rahasianya. Dengan dilakukan survei, nantinya bisa diketahui data terkait perundungan yang dapat dijadikan landasan pemetaan tindakan selanjutnya. Untuk pemilihan agen perubahan menggunakan teori jejaring sosial.
Metode yang dilakukan adalah setiap peserta didik setiap angkatan diminta menuliskan 10 nama teman terdekatnya. Nantinya akan ada sekitar 40 agen perubahan di sekolah yang ditetapkan. Hal ini sangat penting karena dalam jejaring sosial ingin didapat data mengenai peserta didik mana saja yang paling berpengaruh dan paling didengar oleh peserta didik lainnya. Pemilihan agen perubahan ini bertujuan untuk bisa memengaruhi peserta didik lain agar peduli terhadap kasus perundungan yang terjadi di sekolahnya.
Para agen perubahan yang sudah terpilih tadi selanjutnya akan menjalani sesi pelatihan selama 15 pertemuan. Pelatihan ini memberikan materi seputar perundungan kepada agen perubahan. Agar efektif, pelatihan dilakukan satu kali dalam seminggu sehingga program ini diestimasikan berjalan selama satu semester. Di sini, peran fasilitator menjadi kunci dalam sesi pelatihan. Fasilitator bisa berasal dari guru di sekolah ataupun pembina ekstrakurikuler. Namun, fasilitator haruslah sosok yang dekat dan dapat dipercaya oleh para agen perubahan. Selama proses pemberian materi ini, para agen perubahan didampingi oleh dua fasilitator program Roots dari sekolah, yakni Bpk. Eko Jarwanto, M.Pd. dan Ibu Nanda Dwi Y, S.Pd.
Secara rinci, beberapa materi pokok yang disampaikan kepada agen perubahan, yakni terkait; 1). Pengenalan Program, 2). Mengenal Identitas, Kepercayaan, dan Kesadaran Kelompok, 3). Mengenal Perundungan (Bullying), 4). Kepemimpinan dan Komunikasi Efektif, 5). Melihat dari Perspektif yang Berbeda dan Membangun Hubungan yang Sehat, 6). Pengaruh Siswa dan Tanggapan Mereka Terhadap Konflik, 7). Menghubungkan Perubahan yang Didorong oleh Siswa dengan Perilaku Positif, 8). Mengembangkan Kesepakatan “Siswa Anti Perundungan”, 9). Mengembangkan dan Mempraktikkan Pembagian Peran (Role Play) Berdasarkan Observasi Siswa Terhadap Perundungan, 10. Menuju Aksi yang Lebih Besar di Sekolah, 11). Visi untuk Roots Day, 12. Publikasikan dan Perkuat Pesan, 13). Bersiap untuk Roots Day, 14). Roots Day, dan 15). Evaluasi Roots Day.
Output dari pelaksanaan program Roots di SMA Assaadah Bungah ini tentunya jelas, yakni agar lingkungan sekolah terbebas dari adanya tindakan dan perilaku perundungan dan kekerasan. Mereka para agen perubahan yang sudah dilatih berkewajiban mengimbaskan ilmu yang mereka peroleh kepada teman-teman mereka. Di sisi lain, program Roots ini juga disebarkan kepada segenap warga sekolah demi terwujudnya iklim pendidikan yang baik. Langkah selanjutnya ialah setelah para agen perubahan diberi pelatihan mengenai perundungan, satuan pendidikan bisa merayakan acara puncak dengan mengadakan kampanye antiperundungan. Acara ini wajib diikuti oleh seluruh warga sekolah mulai dari peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan. Puncak acara dari kampanye ini dapat diselenggarakan dengan berbagai ide kreatif dari para agen perubahan. Bisa berbentuk penandatanganan deklarasi anti perundungan, pertunjukan seni, ataupun ide-ide kreatif lainnya.
Kegiatan akhir dari program Roots yakni dilakukan survei ulang dan evaluasi usai program Roots dijalankan. Apakah ada perubahan pada tingkat kasus perundungan atau tidak. Jika program berhasil, maka kasus perundungan akan turun. Namun, jika ternyata semakin banyak yang melaporkan kasus perundungan bisa juga berarti telah banyak warga sekolah yang semakin peduli dengan masalah perundungan di lingkungannya. Perundungan memang bukanlah masalah yang dapat disepelekan. Oleh karena itu, satuan pendidikan bisa mencoba mengaplikasikan program Roots untuk menekan kasus perundungan di sekolahnya.
SURABAYA-Sebanyak 208 siswa dari kelas XI, jurusan IPA dan IPS serta para guru SMA Assaadah Gresik ‘geruduk’ Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada Jumat, 16 Desember 2022. Rombongan sekolah tersebut disambut hangat oleh jajaran Satuan Admisi, Koordinator Akademik BAKPK dan UPT Humas UNESA di Gedung D1, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Kampus Ketintang, Surabaya.
Kepala sekolah SMA Assaadah, Muslihah M.SI., menyampaikan bahwa kunjungan dimaksudkan agar hubungan silaturahmi antara SMA Assaadah dengan kampus UNESA tetap terjalin. Alumni SMA tersebut tahun lalu banyak yang diterima di UNESA bahkan para guru-guru di sana pun merupakan alumni UNESA. “Semoga dengan kunjungan ini, siswa kami termotivasi dan dapat mempersiapkan diri agar bisa mengikuti jejak seniornya yang berhasil masuk kuliah di sini (UNESA, red),” harapnya.
www.unesa.ac.id
Foto : Awang Dharmawan, S.Ikom., MA., selaku Ketua Divisi Penerimaan Mahasiswa Baru, Satuan Admisi UNESA tengah memberikan materi terkait penerimaan mahasiswa baru di Unesa
Ketua Divisi Penerimaan Mahasiswa Baru, Satuan Admisi UNESA, Awang Dharmawan, S.Ikom., MA., menyampaikan informasi seputar prodi, keunggulan dan fasilitas yang ada di UNESA. “UNESA punya sekitar 7 fakultas dan ini mau tambah fakultas kesehatan yang fokus ke olahraga. Unggulan kami olahraga, seni, pendidikan dan disabilitas,” bebernya.
www.unesa.ac.id
Foto : Suasana tanya jawab siswa SMA Assaadah kepada tim Admisi Unesa dan Humas Unesa
Dr. Sukarmin, M.Pd., Satuan Admis UNESA menyampaikan tentang jalur-jalur yang ada di UNESA, termasuk jalur prestasi yang bisa dimanfaatkan peserta. “Di jalur Mandiri kami ada jalur prestasi keagamaan hingga kepemimpinan. Nah, yang ketua OSIS bisa memanfaatkan peluang ini. Termasuk yang prestasi di bidang seni dan olahraga,ucapnya. [HUMAS UNESA]